curhatnya mieke alvionita



7 Oktober 2009
Drrrt . . . drrrt . . . Suara hp ku yang bergetar telah memecah kesunyian malam. Tepat pukul 12, ayahku menelponku dan memberitahukan ku sesuatu. Beliau berkata bahwa di Prigi sedang terdapat isu bahwa akan terjadi gempa.
 “ Nduk, hati–hati. Kalau ada gempa, cepat-cepatlah keluar. Cari tempat yang aman. Soalnya denger-denger di Prigi akan ada gempa”. Itulah perkataan ayahku dalam telepon yang sangat mengiris hatiku.
Bagaimana tidak? Aku yang berada di Trenggalek merasa sudah cukup aman di sini. Tapi ayahku yang berada di Prigi sangat mengkhawatirkanku. Padahal keadaan di sana cukup rawan terjadi Tsunami. Ya, itulah tempat tinggalku yang lumayan dekat dengan pantai. Ayahku yang berjaga-jaga dengan tidak tidur semalaman, membuatku iba. Terselip perasaan sedih dalam lubuk hatiku. Seandainya saja saat ini aku disamping mereka dan merasakan perasaan yang mereka alami. Namun aku berada di Trenggalek bukan untuk bersenang-senang. Tapi aku melaksanakan kewajibanku sebagai anak yang ingin menuntut ilmu dan meraih cita-cita setinggi mungkin. Memang benar, aku sangat bangga bias bersekolah di sekolah yang terfavorit di Trenggalek. Meskipun dengan begitu aku harus rela jauh dari kedua orang tuaku. Dan tinggal di kos.
Tak terasa waktu berjalan cepat. Pukul 05.00 aku bangun tidur. Dalam hatiku merasakan cemas yang begitu mendalam. Bayangkan saja, gempa yang terjadi di Sumatera telah menelan ratusan korban. Dari anak kecilsampai dewasa. Tak hanya itu pula, berbagai bangunan juga rusak. Bahkan hancur berkeping-keping. Aku tak ingin larut dalam kesedihan ini. Segera mungkin aku mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajibanku sebagai umat Islam. Tak henti-henti aku berdo’a, semoga di Indonesia tidak terjadi bencana lagi, khususnya di tanah kelahiranku, Prigi. Dan semoga Tuhan senantiasa melimpahkan keselamatan, kesehatan dan kebahagiaan pada kedua orang tuaku, adik dan seluruh keluargaku. Amin. . . .

dendit'HOTs

0 Responses to "curhatnya mieke alvionita"

Posting Komentar