Aku dan Islamku
Rabu, 07 Oktober 2009, Ternyata dosa mudah dicari, dan pahala lebih sulit ketika kita sudah merasa malas beribadah maupun melakukan hal yang baik. Aku sangat rindu, sangat merasa kangen dan terus teringat, bukan karena pacar ataupun cinta. Melainkan beribadah kepada Allah Swt.
Dulu ketika aku mengaji, terasa sejuk di hati, beribadah kepadanya tanpa henti, ya. . . aku juga pernah sangat khusyuk. Namun sekarang kenapa aku menjadi kafir lagi ? Aku tak mau terus begini, aku sudah kelas 3 SMA, seharusnya aku harus lebih bisa menyeimbangkan antara tugas duniawi maupun tabunganku di Akherat nanti. Aku sebenarnya malu, malu kepada Allah Swt, kepada diriku sendiri, bahkan dihadapan Al-Qur’an yang pernah aku baca sampai Khatam satu. Astaghfirullah hal adzim. . .
Aku memang memiliki banyak dosa, aku merasa sangat salah. Di tulisan ini pun aku juga ingin mengungkapkan kalau aku terkadang menjadi kafir. Ketika aku tidak beribadah, rasanya Tuhan menjauh dariku, terkadang aku mengabaikan segala perintahnya, dan menganggap kalau pahala masih bisa dicari nanti, tapi ternyata tidak!.
“. Ya Allah, aku kangen mengaji, sholat sunnah, sholat Tahajjud. Aku ingin bertobat sekali lagi.”
Masalahku terkadang datang bukan tanpa alasan, hanya beribadah yang sanggup mengatasinya. Sebenarnya aku juga masih memiliki hutang kepada Allah SWT. Sholat 5 waktu yang sering tidak aku penuhi, uang yang harus aku sedekahkan tidak aku bagi, melihat sesuatu yang bukan sepatutnya aku lihat, mengucap kata yang selalu menyinggung perasaan, bahkan puasa nazarkupun saat aku diterima di SMAN 1 pun belum aku laksanakan. Jujur, ketika seorang bertanya, “ siapkah anda bertemu ajal?”, jelas aku jawab tidak, dengan modalku yang masih begini, aku pasti tergolong makhluk neraka.
“Ya ALLAH, aku ingin bertobat, aku ingin semuanya baik-baik saja, kembali ke jalanmu, tanpa ada niatan yang buruk, aku akan membunuh malasku ini, demi cita-citaku, menuju arah surgamu, amin. . . .”
Ini bukan curhat, melainkan realita utama yang harus aku tulis. Terkadang aku juga meneteskan air mata ketika terdengar sebuah syair yang merdu dinyanyikan. . .
“ Rindu Kami Padamu Ya Rasul. . . . .
Rindu Tiada Terperi . . . .
Berabad jarak Darimu Ya Rasul. . . .
Serasa DiKau di Sini. . . . .”
" oh God, sesungguhnya aku tak pantas bila berada di Surgamu, tapi aku juga tak akan kuat bila berada di Neraka, aku bertobat di jalanmu"
Dulu ketika aku mengaji, terasa sejuk di hati, beribadah kepadanya tanpa henti, ya. . . aku juga pernah sangat khusyuk. Namun sekarang kenapa aku menjadi kafir lagi ? Aku tak mau terus begini, aku sudah kelas 3 SMA, seharusnya aku harus lebih bisa menyeimbangkan antara tugas duniawi maupun tabunganku di Akherat nanti. Aku sebenarnya malu, malu kepada Allah Swt, kepada diriku sendiri, bahkan dihadapan Al-Qur’an yang pernah aku baca sampai Khatam satu. Astaghfirullah hal adzim. . .
Aku memang memiliki banyak dosa, aku merasa sangat salah. Di tulisan ini pun aku juga ingin mengungkapkan kalau aku terkadang menjadi kafir. Ketika aku tidak beribadah, rasanya Tuhan menjauh dariku, terkadang aku mengabaikan segala perintahnya, dan menganggap kalau pahala masih bisa dicari nanti, tapi ternyata tidak!.
“. Ya Allah, aku kangen mengaji, sholat sunnah, sholat Tahajjud. Aku ingin bertobat sekali lagi.”
Masalahku terkadang datang bukan tanpa alasan, hanya beribadah yang sanggup mengatasinya. Sebenarnya aku juga masih memiliki hutang kepada Allah SWT. Sholat 5 waktu yang sering tidak aku penuhi, uang yang harus aku sedekahkan tidak aku bagi, melihat sesuatu yang bukan sepatutnya aku lihat, mengucap kata yang selalu menyinggung perasaan, bahkan puasa nazarkupun saat aku diterima di SMAN 1 pun belum aku laksanakan. Jujur, ketika seorang bertanya, “ siapkah anda bertemu ajal?”, jelas aku jawab tidak, dengan modalku yang masih begini, aku pasti tergolong makhluk neraka.
“Ya ALLAH, aku ingin bertobat, aku ingin semuanya baik-baik saja, kembali ke jalanmu, tanpa ada niatan yang buruk, aku akan membunuh malasku ini, demi cita-citaku, menuju arah surgamu, amin. . . .”
Ini bukan curhat, melainkan realita utama yang harus aku tulis. Terkadang aku juga meneteskan air mata ketika terdengar sebuah syair yang merdu dinyanyikan. . .
“ Rindu Kami Padamu Ya Rasul. . . . .
Rindu Tiada Terperi . . . .
Berabad jarak Darimu Ya Rasul. . . .
Serasa DiKau di Sini. . . . .”
" oh God, sesungguhnya aku tak pantas bila berada di Surgamu, tapi aku juga tak akan kuat bila berada di Neraka, aku bertobat di jalanmu"
0 Responses to "Aku dan Islamku"
Posting Komentar