USWATUN HASANAH
Setelah berjalan lebih dari 2 kilo meter,akhirnya Uswatun sampai juga di rumahnya yang sederhana.
“Hei,Uswatun mana bayaranmu hari ini.”,ucap seorang lelaki tua di depan pintu rumahnya.
“Maaf Pak hari ini Uswatun hanya mendapat separuh dari gaji Uswatun karena,…”,jawab Uswatun.
“Dasar anak kurang ajar”.Kemudian lelaki itu dengan luwesnya menampar wajah Uswatun.Tamparan dan cacian adalah makanan sehari harinya.Sejak ibunya meninggal 2 tahun lalu,ayahnya mengubah provesinya sebagai pemabuk.Akibatnya dia di PHK dari tempatnya bekerja.
Kala Uswatun pulang dari kelabnya,dia merasa ada seseorang yang membuntutinya dari belakang.Tiba tiba dua orang preman menhentikan langkahnya.Dan mereka berusaha menculik Uswatun.
“Tolong tolong,maksud mas apa menculik saya?”.
“Diam kamu!”,bentak preman itu.
“Lepaskan wanita itu”,sahut seorang pemuda berkopyah dan berbaju koko.Tiba tiba pemuda itu menghajar kedua preman itu sampai pingsan.
“Kamu tidak apa-apa?” tanya pemuda itu.
“Ya, saya baik-baik saja.” Sahut Uswatun.
“Apa yang kamu lakukan tengah malam begini?”
“Emm… Saya baru saja bekerja di klub itu. Baiklah saya harus pulang. Terima kasih mas, permisi.”
Keesokan harinya Uswatun bergegas pulang selesai bekerja dan ia mulai ketakutan. Dan tiba-tiba….. Brukk!!!! Tak sengaja ia menabrak seseorang di depannya.
“Maaf, maaf, saya tidak sengaja.” ucap Uswatun.
“Kamu??” ucap pemuda itu.
“Kita bertemu lagi ya, maaf mas saya harus permisi pulang.”
“Tunggu, maaf mbk, siapa nama kamu??”
Kemudian Uswatun menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap pemuda itu.
“Nama saya Uswatun, mas. Mas sendiri siapa?”
“Saya Akbar. Senang berkenalan dengan kamu.”
Sejak malam itu, Uswatun dan Akbar menjadi akrab dan sering bertemu.
“Us, tunggu!” teriak pemuda memanggil Uswatun.
“Akbar…. Ada apa?” sahut Uswatun.
“Aku antarkan pulang ya… Tidak baik pulang selarut ini”
Di perjalanan pulang Uswatun dan Akbar mulai saling menanyakan tentang diri mereka masing-masing.
“Us, kenapa kamu mau bekerja di klub itu?” Tanya Akbar.
“Sebenarnya aku tak ingin bekerja di klub itu Bar, tapi keadaan memaksaku. Sejak ibuku meninggal, ayah frustasi dan dipecat dari pekerjaannya. Dan sekarang pekerjaannya hanya mabuk-mabukan. Makanya aku bekerja di klub itu. Terus kenapa kamu tiap malam berada di dekat klub itu?” jawab Uswatun.
“Ayahku menyuruhku menjaga masjid miliknya di seberang sana itu.”
“Jadi masjid itu milikmu?”
“Bukan, tapi milik ayahku. Ayahku seorang ustadz, dan ia sering memenuhi undangan sebagai penceramah. Tentu beliau tidak bias terus-terusan menjaga masjid ini.”
“Bar, apakah kamu tidak malu berteman denganku? Pasti ayahmu akan melarangmu berteman denganku.”
“Ayahku tidak melarangku bergaul dengan orang baik, dan aku tahu kamu orang baik. Aku kagum denganmu Us.”
Kata-kata Akbar itu seolah tak pernah hilang dari pikiran Uswatun, dan sebenarnya dia pun mulai menyukai Akbar.
“Pak, apa boleh aku keluar dari klub ini?”
“Diam kamu,lalu aakan kau beri makan apa bapakmu ini?”
“Aku malu pak.Aku perempuan tapi berkeliaran malam malam.Bukannya bapak masih bisa bekerja.Bapak pandai melukis dan main alat musi kan?”.
“Diam kamu anak sialan.Pergi dari rumah ini jika kau mau keluar dari klab itu!”.
Keesokan harinya Uswatun menceritakan kejadian itu kepada Akbar,saat Akbar mengantarnya pulang.
Uswatun terkaget saat dia sampai di depan rumahnya.
“Siapa dia Us?”,tanya bapaknya
“Dia temanku Pak.Namanya Akbar.Dia anak seoran ustadz pemilik masjid di dekat klab tempatku bekerja.”.
“O jadi dia yang membuatmu berniat keluar dari klab itu?Apa kamu menyukainya.Dan kamu anak muda.Uswatun tidak akan pernah keluar dari klab itu”.
Sejak saat itu Uswatun dan Akbar jarang bertemu karena Uswatun menghindar dari Akbar.Dan ternyata Uswatun terbaring sakit.
“Pak,boleh aku bicara dengan bapak?”
“Bicara apa Us?”.
“Bapak apa salah jika anakmu ini menyukai seseorang ang baik?Apa karena aku penyayi klab tidak pantas untuk mendapatkan kebahagiaan.Bapak,saa ingin seperti remaja remaja lain.Bukankah,setiap anak gadis seharusnya berad di rumah saat tengah malam.Saya ingin hidup wajar seperti mereka.”.
Seketika bapak Uswatun terdiam dan memandang wajah anak gadisnya itu.Tanpa sepatah katapun terucap bibirnya,diapun berlalu meninggalkan Uswatun.
Hari ini Uswatun terlihat lebih baikan,sehingga dia berniat untuk kembali bekerja.Dia bergegas mengambil tas dan segera kelua dari rumahnya,namun seseorang dari belakang memanggilnya.
“Uswatun,Kamu mau kemana nak?”.
“Aku ingin kembali bekerja Pak.Akan makan dengan apa kita nanti kalau saya tidak bekerja.”.
“Tidak Uswatun.Saya tidak rela aak gadisku satu satumya harus kerja malam banting tulang sementara aku hanya mabu mabukan.Maafkan bapak uswatun.”.
Seketika Uswatun terperangah mwndengar ucapan bapaknya.Dia seolah tak percaya mendengar kata kata emas itu.
“Mulai sekarang bapak akan bekerja.Bapak akan mulai melukis dan bapak akan mendampingimu menyanyi,tetapi tidak di klab itu.kita dapat mengisi acara di pernikahan atau acara lainnya”.
Sejak saat itu Uswatun tidak lagi bekerja di klab malam itu.Bahkan dia sering mengisi acara di sebuah pengajian yang ustadznya adalah ayah dari pujaan hatinya.