MAMA dan DIRIKU
MAMA DAN DIRIKU
Haruskah aku salahkan mama atas keadaan ini? Memang sebenarnya tidak pantas mengeluh berlebihan. Aku tidak cacat anggota tubuhhku lengkap, IQ normal, serta bertindak yang sama dengan kawan – kawanku yang lain. Satu saja yang tiada henti kusesali yakni keadaan fisikku yang buruk. Hidung pesek, bola mata melotot, dan badan gendut. Mengapa aku dilahirkan seperti ini?
Aku terhenyak ingin marah, tapi aku tak tahu harus berbuat apa ketika kawan – kawanku mengejekku. Bagaimanapun aku hanyalah seorang gadis kecil yang belum pandai mengungkapkan perasaan. Seperti umumnya anak kecil, aku tidak suka dipermalukan, namun bibirku terkatup rapat.
Aku tumbuh menjadi gadis yang tertutup dan gampang curiga. Aku menyesal dan mengutuki nasib, kenapa harus hidup. Sering terlintas dalam pikiranku, mungkin lebih baik mama mencekikku saja waktu aku masih bayi dulu.
Pada usiaku yang ke tujuh belas ini, meskipun aku jarang bergaul, diam – diam aku merasa terpikat pada seorang kawan sekelas, Jack namanya. Aku sadar mustahil mengharapkan dia tertarik kepadaku. Menginginkan dia jadi pacar jelas merupakan mimpi yang tak kan pernah berujung sampai kapanpun.
Saat itu pulang sekolah, kebetulan dia masih membenahi buku – bukunya sedangkan kawan yang lainnya sudah meninggalkan kelas.
“ Jack, boleh saya bicara sebentar?” tanyaku dalam hati berdebar.
“ Ya, ada apa?”jawabnya dengan kaget, karena tak biasanya aku mengajaknya bicara.
“ Aku ……e……aku……..e…….aku minta bantuanmu untuk mengarangkan surat.”
“Surat? Maksudmu?”tanyanya heran.
“Aku tidak pandai mengarang, tapi aku ingin mengirim surat kepada seseorang. Maukah kamu merangkaikan kata – katanya?”kataku
Beberapa saat kemudian, Jack membuatkan surat yang kuminta, entah dengan perasaan apa. Dia nampak acuh tak acuh dan tergesa – gesa menyusun kalimat demi kalimat.
“ Begini?”tanyanya setelah selesai. Aku membaca secara cepat. Meskipun sederhana, dia telah menuangkan perasaanku dengan tepat.
“ Ya betul. Bawalah pulang.” Kataku menyerahkan kembali surat itu.
“ Maksudmu? Bukannya kamu yang harus menyalin untuk mengirimkan pada orang yang kamu tuju?”
“ Ya, mauku emang begitu, setelah aku pertimbangkan, keputusan orang yang kumaksud adalah kamu.”
“ Jangan ngaco!!! Kamu tidak berhak mempermainkanku seperti ini. Muak aku mendengarnya!” keluar kelas meninggalkan Rose.
Aku sakit, malu, tidak terima, dan marah. Dengan tangis tertahan aku pulang langsung mencari mama. Dia tengah duduk dikamar, didepan computer memeriksa pembukuan keluarga.
“ Ada apa?”tanyanya dengan dahi berkerut.
Sebelum aku bercerita, rupanya mama telah menangkap ekspresiku yang tidak beres. Memang, mama sepertinya selalu tahu kalau ada sesuatu hal menimpa diriku.
“ Benci, Rose benci!!!”
“ Ada apa? Tenang dong, Rose. Ayo bicara baik – baik pada mama.”
“ Katakan Ma………… mengapa Mama begitu cantik, sedang Rose jelek? Dimana letak keadilan? Adakah yang salah dari kenyataan ini, Ma?”
Mama terpana. Dia menegakkan duduknya dan menatap lekat – lekat tanpa sepatah katapun. Tiba – tiba bibirnya bergetar. Sepertinya Mama tidak menyangka Aku bakal mempersoalkan perbedaan fisik kami. Perlahan – lahan Ia mendekat, mencoba merengkuhku tapi kutolak. Aku ingin Mama merasa bersalah, tega telah melahirkanku dalam keadaan demikian.
“ Baiklah, Rose………..Mungkin sudah saatnya Mama harus menceritakan rahasia yang selama ini Mama simpan sendiri.”
“ Jadi benar Rose bukan anak Mama? Mama pungut dari keranjang sampah atau dari pinggir kali?!”
“ Jangan bicara begitu.” Ujar mama sambil meletakkan telunjuk kebibirku.
“ Kamu sungguh anak mama, darah daging mama, yang mama lahirkan, susui dan besarkan.”
“ Tapi mengapa perbedaan kita bagai bumi dan langit? Tak pantaskah Rose hidup seperti kawan – kawan lain? Punya teman, tidak diejek, tak dianggap sebagai makluk aneh. Katakana Ma………… Mengapa wajah kita sangat berbeda?”
“ Wajahmu sebenarnya tak jauh beda dari Mama. Kamulah gambaran Mama dimasa muda. Dulu Mama tak cantik, rambut, hidung, badan, mata ya semua mirip denganmu.”
“ Mama bohong!! Buktinya Mama cantik.”
“ Inilah rahasia itu, Rose. Mama menjalani operasi plastic wajah. Sejak saat itulah, semua terasa indah bersahabat. Mama yang dulu dipandang sebelah mata, berubah jadi gadis yang disukai banyak orang. Sampai akhirnya………” Mama menangis sangat memilukan. Aku diam, menunggunya melanjutkan kisah yang belum pernah kuketahui sebelumnya.
“ Mama menikah. Dua tahun kemudian kamu lahir. Sebagai anak yang kami idam – idamkan, seharusnya kehadiranmu membuat kami makin bersatu. Sayangnya, Papamu tidak percaya kamu anaknya. Berkali – kali Mama menjelaskan pada Papamu, bukannya menerima Ia justru makin marah. Ia merasa ditipu. Baginya jati diri Mama tidak ada lagi. Menurutnya, keberadaan Mama hanyalah sebuah kepalsuan. Akhirnya dia menceraikan Mama.”
Mama tak berkata – kata lagi. Seluruh rahasia yang menyakitkan itu terbuka sudah. Rasa nyeri menelusuk didada dan getir menymbat kerongkonganku. Kupeluk punggung Mama, kuurut – urut sebagai ungkapan penyesalan, saat dia rebahkan dirinya dikasur. Mama berguling menghadap wajahku.
“ Mama ……….maafkan ………….maafkan kesalahan Rose!”
“ Anakku, sadarilah bahwa kepribadian seseorang jauh lebih beharga dibandingkan kemolekan wajah. Kamu tidak perlu rendah diri, sebaliknya berusahalah menjadi pribadi yang menyenangkan. Meskipun tidak disanjung dan dipuja – puja, kamu pasti mendapat kawan jika tidak menutup diri.”
“ Mama………….. aku saying padamu.Maafkan aku!”
“ Satu lagi, biarpun kamu begitu jelek, percayalah bahwa kasih mama tetap tulus kepadamu. Tuhan juga mencintaimu. Dia tidak pernah menilai orang dari segi fisik, tapi bathinnya. Kalau dalam hidup ini kamu mampu menebarkan kasih, sesungguhnya hidupmu takkan sia – sia dimata tuhan atau sesama.”
Kami akhirnya berpelukan saling menguatkan hati. Kecemburuan pada kecantikan Mama kini sirna berganti rasa hormat dan cinta yang lembut serta menghangatkan nadi. Pikiran dan hatiku jernih kembali. Aku bertekad menerima keadaanku apa adanya, dan berusaha mempercantik yang memang bias kupercantik, yakni KEPRIBADIANKU!!!!
*** THE END ***
HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM CERPEN
Tokoh secara keseluruhan : Sifat :
1. Aku ( Rose ) Minder, mudah putus asa,baik hati, penyayang.
2. Mama Sabar, perhatian, bijaksana, penyayang.
3. Jack Egois, tidak bias menghargai perasaan orang lain, merasa paling hebat.
Tokoh yang perlu diteladani : Alasan :
Mama Mama tetap sabar dan bijaksana dalam menghadapi segala cobaan dan persoalan yang selalu membelitnya. Mama juga mampu membesarkan dan mendidik anaknya (Rose) dengan penuh kasih sayang dan perhatian, walaupun tanpa figure seorang suami.
Konflik :
Konflik batin : - Rose minder dengan keadaannya yang cacat fisik. Dia tidak terima dengan takdir yang menimpanya, oleh karena itu dia selalu berputus asa.
- Cinta Rose kepada Jack sangat tulus, tetapi Jack tidak menghargainya sama sekali.
- Rose tidak terima dengan wajahnya yang jelek, sedangkan wajah Mamanya cantik.
Alur :
Campuran ( maju - mundur )
Maju : Mengisahkan kepribadian Rose mulai awal sampai akhir, hingga dia jatuh cinta pada Jack, tapi cinta Rose ditolak oleh Jack.
Mundur : Dengan ditolaknya cinta Rose oleh Jack, akhirnya Rose menceritakan kejadian itu pada Mamanya, hingga akhirnya Mamanya menceritakan kejadian masa lalu yang begitu pahit dan selama ini dirahasiakan.
IDENTITAS PENULIS
NAMA : ERMIN SUSILO WATI
KELAS : IX IPA 3
NIS : 13049
ALAMAT : DS. / KEC. MUNJUNGAN TRENGGALEK JAWA TIMUR
CITA – CITA : MENJADI BIDAN
MOTTO : SISWA YANG BAIK ADALAH SISWA YANG TIDAK TAKUT JATUH, ASAL BISA BANGKIT LAGI ITULAH YANG TERBAIK.
0 Responses to "MAMA dan DIRIKU"
Posting Komentar